Penulis: Pusat Kebijakan Regional dan Bilateral
Abstraksi
Kajian ini merupakan analisa perkembangan keuangan dari dua belas ekonomi APEC Asia, termasuk Indonesia, Jepang, Republik Korea, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Cina, Taipei Cina, Hong Kong Cina, Vietnam, dan Brunei Darussalam sejak Krisis keuangan Asia Timur 1997 hingga saat ini. Penyebab krisis moneter di tahun 1997 adalah prevalensi mata uang serta ketidaksesuaian jatuh tempo di mana ekonomi meminjam dalam dolar untuk pembiayaan domestik tanpa asuransi terhadap volatilitas nilai tukar secara memadai. Selain itu, pola pinjaman jangka pendek untuk memenuhi investasi dan kebutuhan jangka panjang menciptakan ketidaksesuaian mata uang dan jatuh tempo. Namun sebaliknya, gejolak keuangan global 2008 memiliki dampak yang relatif ringan pada sektor keuangan Asia Pasifik. Hal ini antara lain menunjukkan eksposur terbatas lembaga keuangan Asia Pasifik terhadap subprime mortgage mencerminkan rendahnya perkembangan integrasi keuangan antar kawasan.
Kesenjangan kualitas dan kedangkalan relatif pasar keuangan Asia Timur mendorong intermediasi keuangan di luar negeri. Masih diperlukan peningkatan transparansi melalui pengungkapan dengan meminta pengungkapan informasi yang cukup, akurat dan tepat waktu yang berkaitan bisnis perusahaan, keuangan, prospek dan hal sekuritas untuk memungkinkan investor untuk membuat keputusan. Cina, misalnya, seabagai ekonomi terbesar dunia perlu untuk secara bertahap meliberalisasi akun modal dari neraca pembayaran, dan mengembangkan kebijakan moneter berbasis pasar. Financial deepening juga memerlukan sistem hukum dan akuntansi yang wajar berada di tempat.
Pada sisi lain banyak kendala yang telah diidentifikasi sebagai penghambat pengembangan sektor keuangan seperti relatif kecilnya omzet pasar, ketidaksetaraan standar akuntansi dan audit, serta pembatasan modal asing. Namun demikian kondisi pasar keuangan negara berkembang yang relatif lebih stabil membuat kendala tersebut dapat diatasi melalui peningkatan stabilitas makroekonomi. Seperti halnya pengembangan pasar modal di tahun 1990an, kehadiran investor asing akan membantu pengembangan lebih lanjut sektor keuangan Asia Pasifik di mana dalam jangka panjang ekonomi di kawasan ini akan memerlukan pasar valuta asing dan derivatif untuk memastikan harga yang kompetitif antara segmen pasar keuangan konventional dengan alternatifnya. Kajian ini juga mengupas imunitas dari mayoritas ekonomi Asia Pasifik terhadap krisis keuangan global sebagai paradoks dari konsensus Washington yang menjadikan pendalaman dan integrasi sektor keuangan sebagai syarat perlu keberhasilan pembangunan ekonomi.
File Terkait:
Financial Deepening and Regional Integration-APEC PKRB'11 (216 KB)
Pandangan dan pendapat yang dikemukakan dalam artikel ini adalah dari penulis dan tidak mencerminkan kebijakan resmi dari Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Republik Indonesia.
The views and opinions expressed in this article are those of the authors and do not necessarily reflect the official policy from Fiscal Policy Agency, Ministry of Finance, Republic of Indonesia.