Penulis: Pusat Kebijakan Pembiayaan Perubahan Iklim dan Multilateral
Pendahuluan
Sovereign debt crisis di zona Euro serta beban defisit fiskal yang besar di negara maju lainnya telah melemahkan kemampuan negara-negara tersebut dalam mendorong pertumbuhan ekonominya. Kebutuhan untuk menyehatkan keseimbangan fiskal melalui konsolidasi dalam jangka menengah telah mengurangi ruang gerak kebijakan fiskal (fiscal policy space) sebagai salah satu komponen pembentuk pertumbuhan ekonomi. Dampak nyata dari kondisi tersebut ini, negara-negara maju dipredikasi akan mengalami perlambatan ekonomi serta tingkat pengangguran yang relatif tinggi tidak hanya dalam jangka pendek tetapi juga dalam jangka menengah.
Mengingat peran ekonomi zona Euro dan negara maju lainnya yang dominan, tentu tidak dapat dihindari bahwa situasi ekonomi yang suram ini akan mewarnai perekonomian global secara keseluruhan. Hal ini telah ditunjukan dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi Republik Rakyat Tiongkok (RRT) pada kuartal kedua 2012 menjadi sebesar 7.6% (year-on-year) dibandingkan kuartal sebelumnya sebesar 8.1%. Sebagai kekuatan ekonomi yang menyumbang seperlima dari output dunia, menurunnya pertumbuhan ekonomi RRT akan berdampak cukup besar terutama bagi kawasan Asia yang selama ini telah menjadi motor pertumbuhan ekonomi dunia.
File Terkait:
Diplomasi Ekonomi Indonesia G20 dan Tantangan Global Tahun 2013 (96 KB)
Pandangan dan pendapat yang dikemukakan dalam artikel ini adalah dari penulis dan tidak mencerminkan kebijakan resmi dari Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Republik Indonesia.
The views and opinions expressed in this article are those of the authors and do not necessarily reflect the official policy from Fiscal Policy Agency, Ministry of Finance, Republic of Indonesia.