Penulis: Pusat Kebijakan Pembiayaan Perubahan Iklim dan Multilateral
Para Pemimpin G20 dalam Deklarasi Seoul tahun 2010 telah menetapkan satu agenda ambisius yaitu melakukan reformasi sistem moneter international dalam rangka mengurangi ketidakseimbangan global dan menciptakan lingkungan perekonomian yang lebih kuat dan stabil yang mendukung pelaksanaan Framework for Strong, Sustainable and Balanced Growth (FSSBG). Untuk melaksanakan agenda tersebut, Para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral dalam pertemuan mereka di Paris pada bulan Februari 2011 telah membentuk Working Group on the Reform of International Monetary System (IMS-WG). Dalam pembahasannya, IMS-WG telah memberikan fokus perhatian pada dua isu utama yaitu global liquidity management (GLM) dan capital flow management (CFM).
Bagi emerging economies di G20, keikutsertaan untuk aktif di dalam pembahasan di IMS-WG ini sangat penting. Hal ini disebabkan manfaat dan dampak negatif gejolak foreign direct investments dan aliran modal internasional akan sangat dirasakan langsung oleh emerging economies khususnya terkait nilai tukar, cadangan devisa, dan bagi sektor ekonomi domestik. Oleh karena itu, disamping besarnya manfaat, emerging economies juga mengalami masalah volatilitas dan peningkatan resiko ekonomi sebagai dampak dari kegoncangan ekonomi global. G20 sendiri memandang bahwa masalah aliran modal harus dilihat dari baik sisi push factors (in country of origin) maupun dari pull factors (in country of destination).
File Terkait:
Reformasi sistim moneter internasional di G20 (70 KB)
Pandangan dan pendapat yang dikemukakan dalam artikel ini adalah dari penulis dan tidak mencerminkan kebijakan resmi dari Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Republik Indonesia.
The views and opinions expressed in this article are those of the authors and do not necessarily reflect the official policy from Fiscal Policy Agency, Ministry of Finance, Republic of Indonesia.