Penulis: Pusat Kebijakan Ekonomi Makro
Tahun 2012 transaksi berjalan (current accounts) dalam neraca pembayaran (balance of payments) Indonesia kembali mencatat defisit. Angka defisit yang dicapai adalah yang terbesar sepanjang sejarah, yaitu US$24,4 miliar atau sekitar 2,8% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Defisit ini juga yang pertama sejak berakhirnya krisis ekonomi tahun 1997/1998 hingga tahun 2011.
Selama ini besaran yang paling sering dijadikan sebagai kambing hitam yang menyebabkan terjadinya defisit transaksi berjalan di Indonesia, adalah (Nizar, 2012): pertama, penurunan surplus neraca perdagangan barang (trade balance) sebagai akibat menurunnya ekspor dan/atau meningkatnya impor barang. Kondisi ini memang terlihat dalam tahun 2012, dimana surplus neraca perdagangan mengalami penurunan lebih dari 75% bila dibandingkan dengan surplus tahun 2011; kedua defisit neraca jasa-jasa (services accounts); dan ketiga, defisit pada neraca pendapatan neto (net income). Bila diperhatikan selama ini, neraca jasa-jasa dan pendapatan neto selalu mengalami defisit. Bahkan dalam delapan tahun terakhir, defisit neraca pendapatan telah menjadi kontributor terbesar bagi defisit transaksi berjalan. Kondisi ini memberikan indikasi bahwa pendapatan yang harus ditransfer ke luar negeri lebih besar dari pada pendapatan yang diterima Indonesia dari luar negeri. Salah satu pendapatan yang ditransfer ke luar negeri adalah bunga pinjaman luar negeri pemerintah. Besaran bunga pinjaman ini juga dicatat di dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN)dan termasuk salah satu penyumbang yang cukup besar bagi defisit anggaran. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa APBN dan transaksi berjalan memiliki keterkaitan yang tidak bisa dipisahkan. Adanya keterkaitan antara besaran di dalam APBN dan transaksi berjalan ini juga telah sejak lama menjadi objek studi empiris di berbagai negara. Secara luas hubungan tersebut dibangun dalam hipotesis defisit kembar (twin deficit hypothesis, TDH), yang menyatakan bahwa defisit anggaran akan menyebabkan defisit transaksi berjalan. Berangkat dari kerangka pemikiran tersebut, studi ini bertujuan mengkaji pengaruh defisit anggaran (APBN) terhadap defisit transaksi berjalan di Indonesia. Hipotesis yang dibangun dalam studi ini sejalan dengan hipotesis defisit kembar bahwa peningkatan defisit anggaran menyebabkan peningkatan defisit transaksi berjalan (TDH).
File Terkait:
Defisit Anggaran dan Defisit Transaksi Berjalan (PDF) (1.44 MB)
Pandangan dan pendapat yang dikemukakan dalam artikel ini adalah dari penulis dan tidak mencerminkan kebijakan resmi dari Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Republik Indonesia.
The views and opinions expressed in this article are those of the authors and do not necessarily reflect the official policy from Fiscal Policy Agency, Ministry of Finance, Republic of Indonesia.