Penulis: Pusat Kebijakan Ekonomi Makro
1. PERKEMBANGAN EKONOMI ACEH
Profil ekonomi Aceh akan disajikan dalam bentuk beberapa indicator ekonomi daerah seperti pertumbuhan ekonomi (baik dari sisi penawaran maupun dari sisi permintaan), tingkat inflasi, tingkat pengangguran, dan kemiskinan.
Pertumbuhan ekonomi Aceh dibedakan antara pertumbuhan ekonomi dengan minyak dan gas (migas) dan pertumbuhan ekonomi tanpa migas. Pembedaan ini diperlukan agar tidak terjadi persepsi yang keliru tentang pertumbuhan ekonomi riil yang mencerminkan kinerja dan kapasitas daerah.
Pertumbuhan ekonomi Aceh tanpa migas lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi dengan migas tetapi jumlah nilai tambah PDRB dengan migas tentunya lebih besar dibandingkan dengan PDRB tanpa migas. Pada tahun 2012 pertumbuhan ekonomi tanpa migas selalu berada diatas 6 persen pada setiap kuartal dalam tahun 2012 sedangkan pertumbuhan ekonomi dengan migas selalu berada diatas 5 persen pada setiap kuartal dalam kurun waktu tahun 2012.
Mulai kuartal I tahun 2012, pertumbuhan ekonomi Aceh mengalami penurunan, baik PDRB dengan migas maupun tanpa migas. Pertumbuhan ekonomi tanpa migas menurun dari 6.10 persen pada kuartal IV tahun 2012 menjadi 5,70 persen pada kuartal I tahun 2013. Penurunan laju pertumbuhan ini disebabkan oleh belum tersedianya liquiditas dalam perekonomian Aceh. Dana untuk kegiatan pembangunan melalui APBA belum bisa dicairkan dan masih dalam proses negosiasi antara lembaga eksekutif dengan legislatif, baik ditingkat pusat maupun daerah.
Sumber pertumbuhan ekonomi daerah sangat tergantung kepada dana APBA karena sumber pertumbuhan ekonomi yang berasal dari swasta relatif kecil karena tidak adanya industri menengah dan besar di Aceh. Industri Pertambangan Minyak dan Gas seperti PT Arun LNG tidak beroperasi lagi, walaupun sekarang masih diusahakan oleh Pemda agar bisa beroperasi lagi dalam bentuk usaha lain. PT Pupuk Iskandar Muda (PIM) juga sedang diupayakan oleh Pemda untuk bisa bekerja lagi dengan pasokan input dari daerah lain. Sedangkan Pabrik Semen Andalas di Lhoknga tidak bermanfaat bagi masyarakat lokal dalam penciptaan lapangan pekerjaan karena pabrik ini menghasilkan semen curah yang dibawa ke Medan dengan kapal untuk pengepakan sehingga tenaga kerja yang terserap adalah dari Medan. Disamping itu Pabrik Semen Andalas di Lhoknga ini juga tidak bermanfaat bagi Pemda karena Kantor Pusatnya berkedudukan di Medan, dengan demikian pajak perusahaan tidak dibayarkan kepada Pemda Aceh.
Dengan demikian kegiatan ekonomi masyarakat sangat tergantung kepada sumber dana dari pemerintah daerah atau APBA. Pertumbuhan ekonomi terus menurun dari 5,70 persen pada kuartal I tahun 2013 menjadi 5,01 pada kuartal II tahun 2013. Diharapkan pertumbuhan ekonomi Aceh akan meningkat kembali pada kuartal III dan IV setelah anggaran dicairkan dan project-project mulai dilaksanakan.
File Terkait:
Analisis Ekonomi dan Fiskal Aceh Volume I Triwulan II (PDF) (1,39 MB)
Pandangan dan pendapat yang dikemukakan dalam artikel ini adalah dari penulis dan tidak mencerminkan kebijakan resmi dari Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Republik Indonesia.
The views and opinions expressed in this article are those of the authors and do not necessarily reflect the official policy from Fiscal Policy Agency, Ministry of Finance, Republic of Indonesia.