Penulis: Eddy Mayor Putra Sitepu, Pusat Kebijakan Pendapatan Negara
Indonesia mengalami pertumbuhan yang pesat dalam satu dasawarsa terakhir. Hal ini dapat terlihat antara lain dari peningkatan produk domestik bruto (PDB) per kapita. Pada tahun 2004, PDB per kapita Indonesia (berdasarkan harga konstan tahun 2000) adalah sebesar Rp. 7.561.379,61. Dalam waktu 10 tahun angka tersebut meningkat menjadi Rp. 11.134.017,58 atau meningkat sebesar 52,73 persen. Tingkat pertumbuhan PDB mencapai 5,76 persen, lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat, Eropa dan Jepang pada kurun waktu yang sama. Bahkan setelah terjadinya krisis keuangan global di benua Eropa dan Amerika yang berimbas ke seluruh dunia, perekonomian Indonesia masih tumbuh sebesar 4,63 persen pada tahun pada tahun 2009.
Terlepas dari fakta menggembirakan tersebut di atas, perekonomian Indonesia digambarkan tengah menghadapi ancaman jebakan negara pendapatan menengah atau biasa diistilahkan dengan middle income trap (Tho 2013). Middle-income trap adalah situasi di mana pertumbuhan suatu negara melambat setelah mencapai tingkat pendapatan menengah (Global Economic Symposium 2014). Transisi ke tingkat pendapatan tinggi, tampaknya menjadi tak terjangkau. Studi empiris menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan PDB per kapita biasanya melambat secara substansial pada tingkat pendapatan antara US $ 10.000 dan US $ 15.000. Perlambatan pertumbuhan sering dapat dikaitkan dengan hilangnya faktor yang menghasilkan pertumbuhan yang tinggi selama fase awal perkembangan yang pesat. Daya saing internasional terkikis dan output dan pertumbuhan melambat.
Sumber daya manusia dan teknologi merupakan modal yang diperlukan agar keluar dari middle-income trap. Berdasarkan pengalaman negara-negara maju yang telah mengalami industrialisasi sejak 250 tahun yang lalu, inovasi teknologi telah terbukti menjadi pendorong pembangunan ekonomi (Janeway 2013). Pertumbuhan yang berkelanjutan menuju tingkat pendapatan tinggi harus semakin ditandai dengan kelimpahan relatif modal sumber daya manusia dan ketersediaan sumber daya teknologi dan manajerial. Negara berpenghasilan menengah terjepit di antara negara-negara miskin dengan upah tenaga kerja rendah yang menguasai industri yang sudah matang/ dewasa dan negara-negara kaya yang menjadi inovator yang mendominasi industri perubahan teknologi yang cepat.
Pandangan dan pendapat yang dikemukakan dalam artikel ini adalah dari penulis dan tidak mencerminkan kebijakan resmi dari Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Republik Indonesia.
The views and opinions expressed in this article are those of the authors and do not necessarily reflect the official policy from Fiscal Policy Agency, Ministry of Finance, Republic of Indonesia.