Penulis: Pusat Kebijakan Ekonomi Makro
Indonesia sebagai salah satu negara dengan jumlah penduduk yang besar memiliki aktivitas perekonomian yang cukup tinggi. Kinerja perekonomian nasional yang tercermin dari angka pertumbuhan ekonomi menunjukkan kondisi yang cukup kuat sebagai fundamental perekonomian. Pertumbuhan ekonomi di tahun 2013 mencapai 5,8 persen didukung oleh sektor konsumsi dan Investasi/PMTB. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi merupakan salah satu variable yang memiliki peran cukup besar, setelah konsumsi RT, dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi.
Kinerja pertumbuhan PMTB, sejak melambat di tahun 2009, menunjukkan laju pertumbuhan yang terus meningkat. Pembentukan modal atau investasi memiliki efek pengganda yang besar terhadap perekonomian. Selain mampu meningkatkan produksi atau pertumbuhan ekonomi, investasi juga akan menciptakan kesempatan kerja serta perluasan pasar. Kegiatan investasi memungkinkan masyarakat meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja, sertameningkatkan pendapatan nasional dan taraf kemakmuran. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa investasi adalah motor suatu perekonomian yang akan menggerakkan sektor-sektor produktif seperti industri manufaktur yang banyak menyerap tenaga kerja.
Peningkatan pertumbuhan tersebut diiringi juga dengan peningkatan kontribusinya bagi pertumbuhan ekonomi. Pada tahun 2013, pertumbuhan PMTB mencapai 4,7 persen, dengan kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 1,2 persen. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sebesar 20,46 persen pertumbuhan ekonomi tahun 2013 didorong oleh peningkatan PMTB/investasi. Kinerja PMTB tahun 2013 mengalami penurunan dibanding pencapaian tahun 2012 yang mampu tumbuh sebesar 9,7 persen dengan konstribusi terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 2,4 persen atau 37,63 persen dari total pertumbuhan ekonomi.
Sebagai salah satu negara berkembang, sektor primer yaitu sektor yang memanfaatkan sumber daya alam (pertanian, perkebunan, perikanan, kehutanan, perikanan dan pertambangan), masih menjadi sumber mata pencaharian utama penduduk, yaitu sebesar 36,5 persendari total angkatan kerja masih menggantungkan nasibnya bekerja di sektor primer (BPS, 2012) . Selain itu, sektor primer merupakan salah satu sektor yang menghasilkan input atau bahan baku bagi proses industrialisasi.
Pandangan dan pendapat yang dikemukakan dalam artikel ini adalah dari penulis dan tidak mencerminkan kebijakan resmi dari Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Republik Indonesia.
The views and opinions expressed in this article are those of the authors and do not necessarily reflect the official policy from Fiscal Policy Agency, Ministry of Finance, Republic of Indonesia.