Penulis: Pusat Kebijakan Ekonomi Makro
Saat ini Indonesia sedang giat-giatnya membangun di segala bidang. Untuk mendukung pembangunan tersebut diperlukan sebuah arah dan visi pembangunan nasional. Adapun visi pembangunan nasional periode tahun 2005 – 2025 adalah Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur. Guna mencapai visi tersebut tidaklah mudah. Hal tersebut disebabkan banyaknya tantangan dan hambatan yang harus dihadapi. Salah satu diantaranya adalah isu dari Food Agriculture Organisation (FAO) beberapa tahun terakhir ini, yaitu isu keterbatasan pangan dan air yang akan dialami oleh banyak negara di dunia. Berkaitan dengan hal tersebut, untuk mencapai visi pembangunan nasional tersebut, maka peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi salah satu target pembangunan Indonesia. Peningkatan kualitas sumber daya manusia berkaitan erat dengan perbaikan gizi masyarakat, kesehatan serta tingkat pendidikan. Terkait dengan sektor produksi di Indonesia, maka salah satu sumber gizi adalah pangan asal hewani berupa protein yang salah satunya berasal dari daging sapi. Indonesia sebagai negara besar, penduduk kelas menengahnya pun terus bertambah. Golongan ini sangat membutuhkan tersedianya keanekaragaman bahan pangan, khususnya protein hewani seperti daging, ikan, telur dan lain-lain. Protein hewani seperti daging sapi merupakan pelengkap asupan gizi masyarakat yang sangat dibutuhkan. Pemerintah berusaha memenuhi bahan pangan ini melalui upaya swasembada daging sapi yang telah dilakukan sejak tahun 2010. Namun, sampai saat ini hasilnya belum memenuhi harapan masyarakat. Harga daging sapi dunia dan domestik mempunyai kecenderungan tetap tinggi.Terbukti, mulai akhir 2012 sampai saat ini di pasaran harga daging sapi masih tetap tinggi, berkisar Rp 90.000 sampai dengan Rp 100.000 perkg. Sedangkan harga dunia berfluktuasi, namun tetap saja tinggi. Harga daging sapi di pasar domestik (HDSD) untuk bulan Desember 2013 rata-rata nasional sebesar Rp 94.210 perkg. Sedangkan harga daging sapi dunia sebesar US$ 3,22 perkg. Bila dilihat dari sisi inflasi,
Untuk bobot inflasi daging sapi saat ini sekitar 0,59%, namun jika ditambahkan dengan bobot berbagai produk olahan dari sapi seperti jeroan, hati daging sapi, dendeng, sosis, tulang sapi, tetelan dan lain-lainnya total bobot inflasinya bisa mencapai hampir 1%. Pusat Kebijakan Ekonomi Makro 8
Seiring semakin pesatnya produktivitas industri dan semakin bervariasi produk olahannya, bobot inflasi dari daging sapi dan produk olahannya juga berpotensi semakin tinggi.
Pandangan dan pendapat yang dikemukakan dalam artikel ini adalah dari penulis dan tidak mencerminkan kebijakan resmi dari Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Republik Indonesia.
The views and opinions expressed in this article are those of the authors and do not necessarily reflect the official policy from Fiscal Policy Agency, Ministry of Finance, Republic of Indonesia.