Penulis: Hadi Setiawan dan Hidayat Amir, Pusat Kebijakan Pendapatan Negara
Perlambatan ekonomi Indonesia sudah mulai terasa sejak tahun 2014 dimana ekonomi Indonesia hanya tumbuh sebesar 5,02% melambat dibandingkan tahun 2013 yang tumbuh sebesar 5,58%. Dilihat dalam lima tahun terakhir, pertumbuhan tahun 2014 merupakan pertumbuhan yang paling kecil. Hal ini ternyata berlanjut di tahun 2015 dimana pertumbuhan ekonomi Indonesia terus mengalami perlambatan dalam 2 kuartal pertama tahun 2015.
Perlambatan ekonomi ini lebih banyak disebabkan oleh faktor global, dimana hampir semua negara maju mengalami permasalahan di bidang ekonomi. Amerika Serikat sebagai salah satu negara yang paling berpengaruh di bidang ekonomi mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi dan mengalami masalah di beberapa indikator-indikator ekonomi lainnya, misalnya kesenjangan ekonomi dan beban fiskal dalam jangka menengah dari sistem jaminan kesehatan. Uni Eropa juga mengalami hal yang sama khususnya di negara-negara seperti Yunani yang bahkan hampir dikatakan bangkrut, demikian juga dengan Spanyol, Italia dan beberapa negara Eropa lainnya yang juga mengalami masalah ekonomi. Dua negara besar yang dalam beberapa tahun terakhir ini menunjang pertumbuhan ekonomi dunia juga mengalami hal yang sama. Yang pertama Tiongkok, jika dalam beberapa tahun terakhir pertumbuhan ekonominya mencapai 2 digit, maka dalam tahun 2014 ini hanya berada di kisaran 7%. Demikian juga dengan India yang mengalami perlambatan pertumbuhan walaupun tidak sebesar Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Tiongkok.
Akibat hal-hal tersebut, perekonomian dunia pun terimbas, hampir semua Negara di dunia khususnya emerging market mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi. Negara-negara Brasil, Rusia, Argentina, Swiss, Kroasia, Ukraina bahkan mengalami pertumbuhan ekonomi yang negatif (Deil, 2015).
Faktor global lainnya yang memperlambat pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah turunnya harga komoditas yang merupakan andalan ekspor Indonesia. Efeknya kinerja sektor pertambangan dan perkebunan menurun tajam. Selain itu pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang jauh menurun membuat nilai ekspor ke Tiongkok juga mengalami penurunan tajam padahal Tiongkok merupakan salah satu negara tujuan ekspor terbesar Indonesia. Faktor penting lain yang mempengaruhi ekonomi global adalah rencana kenaikan suku bunga the Fed yang membuat nilai Dolar Amerika naik tajam terhadap hampir semua mata uang di dunia termasuk Rupiah. Efeknya sektor konsumsi yang merupakan sektor penyumbang pertumbuhan ekonomi terbesar pun mengalami penurunan sebagai akibat turunnya daya beli masyarakat. Faktor global ini juga memberikan andil yang sangat besar terhadap penurunan investasi dan ekspor Indonesia.
Selain faktor eksternal, terdapat juga faktor internal yang turut berperan memperlambat pertumbuhan ekonomi, antara lain realisasi belanja pemerintah pusat dan daerah yang belum optimal. Lambatnya realisasi belanja terutama disebabkan oleh adanya perubahan nomenklatur Kementerian dan Lembaga (K/L) di awal pemerintahan Jokowi-JK yang menyebabkan lamanya proses pencairan belanja di K/L tersebut.
Faktor-faktor tersebut mengakibatkan konsumsi rumah tangga, yang merupakan kontributor terbesar pertumbuhan ekonomi yang biasanya tumbuh pada kisaran 5,5 persen, pada quartal kedua 2015 hanya tumbuh 4,9 persen. Kedua, pengeluaran pemerintah dari 8-9 persen turun menjadi 7,9 persen. Ketiga, konsumsi lembaga nonprofit bahkan turun hingga minus 7,91 persen. Keempat, investasi, di samping porsinya menurun, tumbuhnya juga hanya 3,55 persen. Kelima, ekspor juga tumbuh minus 0,13 persen. Dan keenam, impor bahan baku yang turun cukup besar, yaitu minus 6,85 persen (Hartati, 2015).
Pandangan dan pendapat yang dikemukakan dalam artikel ini adalah dari penulis dan tidak mencerminkan kebijakan resmi dari Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Republik Indonesia.
The views and opinions expressed in this article are those of the authors and do not necessarily reflect the official policy from Fiscal Policy Agency, Ministry of Finance, Republic of Indonesia.