Penulis: Hidayat Amir, Anda Nugroho, Sofia Arie Damayanty, Hadi Setiawan, dan Rita Helbra Tenrini, Pusat Kebijakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Badan Kebijakan Fiskal (BKF) merupakan unit eselon-I di Kementerian Keuangan yang bertanggung jawab dalam formulasi kebijakan fiskal. Dengan mempertimbangkan target kebijakan yang hendak diraih dalam pembangunan ekonomi, BKF memformulasikan berbagai kebijakan fiskal dengan menggunakan berbagai instrumen fiskal yang ada, yaitu: instrumen sisi pendapatan (PPh, PPN, PPnBM, Cukai, Bea Keluar, Bea Masuk dan lain-lain), instrumen sisi belanja (belanja rutin, barang, modal, infrastruktur, subsidi dan lain-lain), serta instrumen pembiayaan.
Untuk melakukan analisis dampak kebijakan fiskal tersebut, BKF telah mengembangkan beberapa Model Computable General Equilibrium (CGE) seperti: AGEFIS (Applied General Equilibrium model for FIScal Policy Analysis), INDOFISCAL, dan INDOCEEC (Indonesia Clean Energy and Energy Conservation). Kelebihan Model CGE dalam analisis kebijakan fiskal adalah antara lain oleh kemampuannya melihat dampak suatu kebijakan fiskal tidak hanya kepada berbagai variable makro ekonomi, seperti pertumbuhan ekonomi, pengangguran, dan inflasi tetapi dapat juga melihat dampaknya terhadap sektoral dan rumah tangga (distribusi pendapatan dan kemiskinan).
Namun mengingat Model CGE yang ada selama ini dibangun dengan menggunakan basis data Tabel Input-Output (IO) dan/atau Social Accounting Matrix (SAM) yang memiliki keterbatasan klasifikasi instrumen fiskal –baik dari sisi pendapatan maupun sisi pengeluaran – maka Model CGE yang ada pun mengalami kelemahan yang inheren dengan database yang dibangunnya. Ilustrasi perbedaan Tabel IO, SAM dan Fiscal SAM ialah sebagai berikut:
Dengan basis data yang lebih detail merepresentasikan instrumen fiskal secara eksplisit maka memungkinkan untuk mengembangkan Model CGE Fiskal Generasi 4.0 yang memiliki akurasi yang lebih baik dalam melakukan analisis dampak berbagai kebijakan fiskal. Dengan demikian maka kualitas suatu kebijakan yang akan diambil akan mendapatkan input informasi yang lebih berkualitas. Maka tujuan penelitian ini ialah mengembangkan Model CGE Fiskal Generasi 4.0 yang memiliki detail instrumen fiskal sebagai tindak lanjut kegiatan pengembangan Fiscal SAM
Dengan Model CGE Fiskal Generasi 4.0 ini maka analisis dampak suatu kebijakan di bidang fiskal dapat dilakukan secara lebih akurat menggunakan instrumen fiskal yang sesuai – gap antara pendekatan model dan realitas dapat dihindari atau setidaknya semakin kecil. Model ini akan sangat baik untuk membantu analisis dampak kebijakan di bidang perpajakan dan belanja negara, khususnya belanja-belanja sosial.
Model mampu melihat dampak suatu kebijakan baik secara makro, fiskal dan pendapatan rumah tangga (kemiskinan dan ketimpangan). Bahkan dampak secara makro dapat dilihat lebih detail per jenis penerimaan perpajakan. Sementara, kemampuan standar model CGE yang lain masih tetap dimiliki oleh model ini. Jadi singkatnya, model ini membuka kapasitas analisis baru terkait berbagai instrument fiskalnya.
Ada beberapa tahapan yang dilakukan untuk mengembangkan Model CGE Fiskal Generasi 4.0. Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya bahwa Tim Pengembangan Model BKF sudah berhasil mengembangkan Fiscal SAM (FiSAM) dari SAM 2008. Data FiSAM ini menjadi modal awal untuk mengembangkannya menjadi Model CGE Fiskal Generasi 4.0 dengan berbasis Model CGE Fiskal generasi sebelumnya (Generasi 3.0 – INDOCEEC) sebagai platform model dasarnya.
1. Pengolahan Database – Tranformasi FiSAM ke Database Model
Pengolahan dimulai dengan menggunakan data Fiscal SAM (FiSAM) yang sudah dikembangkan oleh Tim Pengembangan Model BKF (Amir, et al 2015). FiSAM menggunakan basis data SAM tahun 2008, kemudian intrumen fiskalnya dipecah atau didetailkan baik intrumen fiskal dari sisi pendapatan maupun dari sisi perpajakan. Untuk mendetailkan instrument fiskal dalam SAM 2008 maka dibutuhkan dukungan data-data statistik dan data-data keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Dengan data FiSAM 2008 inilah database Model CGE Fiskal Generasi 4.0 ini dikembangkan. Dengan FiSAM 2008 maka database model memiliki fitur instrumen fiskal yang sudah jauh lebih detail, sebagaimana telah diuraikan di atas. Walau pun masih banyak yang belum sempurna, terutama dari sisi hubungan transfer pemerintah dengan korporasi. Hal ini semata karena proses penggalian data memerlukan waktu yang cukup lama, sementara waktu penelitian sangat terbatas hanya tiga bulan (quick research). Namun harapannya, capaian ini bisa menjadi milestone penting pengembangan lanjut untuk penyempurnaannya.
2. Modifikasi Model
Konsekuensi logis dari data yang lebih detail maka perlu disesuaikan persamaan-persamaan dalam modelnya. Yang tadinya agregat dalam satu persamaan karena datanya agregat maka begitu datanya dipecah/didisagregasi maka persamaan atas setiap unsur hasil agregasi harus dibuatkan persamaan perilaku yang sesuai dengan karakter masing-masing unsur/variable tersebut. Hal ini berlaku untuk setiap komponen yang didisagregasi.
3. Test Validasi dan Reliabilitas Model
Model ini telah melalui serangkaian tes validasi model dan reliabilitas. Salah satu metode tes validasi model CGE yang umum digunakan adalah tes homogenitas (homogeneity test). Tes konsistensi perubahan harga. Apabila diberikan shock sebesar 10% terhadap variable eksogen terkait harga, misal exchange rate maka seluruh variable endogen yang bersifat nominal juga akan berubah sebesar 10%, dan keseluruhan variable endogen riil tidak berubah.
Selain terhadap struktur model, tes validasi juga dilakukan terhadap database yang dipakai. Database mencerminkan potret kondisi perekonomian yang bersumber dari berbagai macam sumber data, antara lain table IO, table SAM, dan SUSENAS. Penggabungan berbagai jenis sumber data tersebut membuat model mempunyai kelebihan dalam melakukan kedalaman dan cakupan analisis. Namun demikian proses penggabungan data juga harus memastikan konsistensi antara berbagai sumber database. Proses validasi data memastikan agar data yang dihasilkan balance yaitu: jumlah sales sama dengan jumlah cost, kondisi pure profit sama dengan nol, dan tidak ada nilai negatif untuk intermediate maupun final demand.
Tes reliabilitas dilakukan melalui Systematic Sensitivity Analysis (SSA). SSA merupakan serangkaian tes sistematis yang dilakukan dengan cara merubah nilai parameter/elastisitas di dalam model. Melalui SSA ini nilai parameter/elastisitas dinaikkan/diturunkan untuk melihat seberapa sensitif pengaruh perubahan parameter/elastisitas tersebut terhadap hasil simulasi.
4. Uji Coba Penggunaan Model
Dalam bagian ini akan disajikan hasil simulasi kebijakan (dummy) menggunakan Model CGE Fiskal Generasi 4.0 dibandingkan dengan hasil simulasi menggunakan Model CGE Fiskal Generasi 3.0 (INDOCEEC). Tujuan membandingkan hasil simulasi ini untuk menunjukkan perbedaan hasil dan peningkatan akurasi yang dihasilkan dengan menggunakan model CGE yang baru. Untuk sementara ini, kebijakan yang dianalisis masih bersifat dummy, belum dengan pertimbangan kebutuhan yang riil ada. Besaran magnitude shock perubahannya juga masih arbitrary. Ada dua kebijakan yang akan disimulasikan yaitu: (1) peningkatan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN), dan (2) peningkatan tarif Cukai.
Dengan menggunakan Model CGE Fiskal, sasaran dan dampak dari simulasi kebijakan terhadap penerimaan perpajakan disajikan dengan lebih presisi ke jenis-jenis pajaknya. Dampaknya, bahwa perbedaan hasil simulasi antara Model CGE INDOCEEC dan Model CGE INDOCEEC Fiskal cukup besar.
Perbedaan ini diakibatkan oleh perubahan struktur model dan database, yang tadinya data pajak tidak langsung diagregasi menjadi satu jensi pajak (indirect tax), pada Model CGE Fiskal data pajak didisagregasi menjadi tujuh jenis pajak sebagaimana diuraikan diatas. Disagregasi data pajak membawa konsekuensi pada peningkatan keakuratan sasaran komoditas yang terkena dampak simulasi.
Penelitian telah berhasil menggunakan Fiscal SAM yang telah dikembangkan sebelumnya menjadi database utama pengembangan model. Model CGE Fiskal Generasi 4.0 ini telah berhasil dikembangkan dalam dua versi: comparative static dan recursive dynamic. Kedua model pun telah lolos uji validitas pertama homogeneity test.
Hasil uji coba model CGE Fiskal Generasi 4.0 dengan fitur comparative static untuk analisis kebijakan perpajakan, kenaikan tarif PPN dan kenaikan tarif cukai talah menunjukkan bahwa model telah berjalan dengan baik. Hasil simulasi pun menunjukkan level akurasi yang lebih baik jika dibandingkan dengan model standar yang instrumen fiskalnya belum detail. Pengembangan model ini tidak hanya meningkatkan level akurasi analisis dampak kebijakan fiskal, namun juga secara tidak langsung melakukan proses penelusuran kaitan data-data statistik dan data-data keuangan APBN. Hal ini menjadi pengetahuan penting untuk pengembangan lanjut data Fiscal SAM yang lebih detail instrumen fiskalnya di masa yang akan datang.
Pengembangan lanjut model ini dapat dimanfaatkan sebagai pengganti model dalam mesin Model CGE Berbasis Web GEMPACK in the CLOUD, yang selama ini masih menggunakan model CGE Fiskal Generasi 2.0 (INDOFISCAL). Penggunaan model CGE Fiskal Generasi 4.0 dalam aplikasi web sangat baik jika dapat berupa dua pilihan model, model comparative static dan model recursive dynamic-nya. Momentumnya juga tepat mengingat sudah saatnya untuk melakukan revisit dan improvement Model CGE Berbasis Web GEMPACK in the CLOUD. Selain itu, model ini perlu diuji oleh expert pengembang model MMRF – Australia untuk mendapatkan masukan dan peningkatan kapasitas, mengingat model MMRF telah memiliki instrumen fiskal yang juga relatif detail namun dengan proses pengembangan yang berbeda.#(HidA)
Pandangan dan pendapat yang dikemukakan dalam artikel ini adalah dari penulis dan tidak mencerminkan kebijakan resmi dari Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Republik Indonesia.
The views and opinions expressed in this article are those of the authors and do not necessarily reflect the official policy from Fiscal Policy Agency, Ministry of Finance, Republic of Indonesia.