Mengamankan APBN 2008
Penulis: Anggito Abimanyu, Andie Megantara
Oleh : Anggito Abimanyu & Andie Megantara
Akhir-akhir ini, harga minyak mentah dunia kembali naik. Pada 26 November 2007, harga minyak jenis Brent mencapai US$95,44 per barel dan WTI US$97,7 per barel.
Meski harga minyak mentah internasional tinggi seperti saat ini, kondisi APBN 2007 tetap aman (Bisnis, 16 November). Realisasi defisit APBN-P 2007 diperkirakan dapat dikendalikan pada kisaran 1,3% -1,5% dari PDB. Ini berarti sesuai dengan sasaran APBN-P 2007 sebesar 1,5% PDB.
Kita tentu berharap kenaikan harga minyak mentah dunia tidak berlanjut hingga 2008. Namun, jika seandainya kenaikan harga minyak mentah masih berlanjut, pemerintah telah menyiapkan sejumlah langkah antisipatif bagi pengamanan APBN 2008 sekaligus menjaga momentum pertumbuhan ekonomi agar tercapai sesuai target sebesar 6,8%.
Dalam rangka persiapan pelaksanaan APBN 2008, pemerintah melakukan review awal guna mengantisipasi tingginya harga minyak internasional. Review ini dilakukan untuk menghitung perkiraan dampak tingginya harga minyak dunia bagi postur APBN 2008, baik dari sisi penerimaan maupun belanja negara.
Pelaksanaan APBN 2008 dipengaruhi juga oleh faktor internal, seperti pencapaian lifting minyak 1,034 juta barel per hari, volume konsumsi BBM bersubsidi, besaran alpha untuk harga HSD PT Pertamina ke PT PLN, fuel mix dalam memproduksi listrik oleh PLN, dan laju penjualan listrik.
Konsistensi pencapaian target internal ini akan sangat membantu APBN 2008 dalam mempertahankan posturnya.
Perkiraan harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude oil Price) pada 2008 yang dapat mencapai rata-rata US$100 per barel dan ditambah bila kurs rupiah rata-rata Rp9.200 per dolar AS serta perubahan pada faktor internal, APBN 2008 tentu juga akan berubah signifikan.
Secara langsung, perubahan yang terjadi pada berbagai faktor eksternal dan internal itu akan berdampak pada kenaikan komponen penerimaan Migas (PPh dan PNBP). Kenaikan harga minyak juga akan berpengaruh pada kenaikan laba BUMN di bidang migas, yaitu PT Pertamina, sehingga dividen pemerintah pun diperkirakan meningkat.
Namun, kenaikan harga minyak mentah diikuti oleh kenaikan di sisi pengeluarannya (subsidi BBM, subsidi listrik, dan dana bagi hasil Migas). Dengan demikian, apabila tidak diterapkan kebijakan, APBN 2008 diperkirakan mengalami kenaikan defisit hingga menjadi 3% PDB, serta terjadi kekurangan pembiayaan anggaran.
9 Langkah
Mengantisipasi berbagai kemungkinan terhadap APBN 2008, pemerintah merencanakan sembilan langkah antisipatif pengamanan.
Sembilan langkah itu adalah, pertama, penggunaan dana cadangan APBN (policy measures). Kedua, penghematan dari perkiraan penyerapan alamiah belanja negara. Ketiga, pemanfaatan dana kelebihan (windfall) daerah penghasil Migas.
Keempat, penajaman prioritas anggaran belanja kementerian/lembaga. Kelima, perbaikan parameter produksi di subsidi BBM dan listrik. Keenam, efisiensi di Pertamina dan PLN.
Ketujuh, optimalisasi penerimaan perpajakan dan dividen BUMN. Kedelapan, sedikit pelonggaran defisit APBN 2008 diikuti dengan penyesuaian pembiayaan anggaran.
Kesembilan, melakukan counter cyclical untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi dan stabilitas makro ekonomi.
Pemerintah, misalnya, dapat menggunakan dana cadangan APBN sesuai peruntukan manakala ada perubahan asumsi dasar, yaitu sekitar Rp6 triliun. Sementara itu, pemanfaatan windfall daerah penghasil migas dapat dilakukan melalui instrumen utang.
Mekanisme yang dipersiapkan untuk ini adalah daerah penghasil migas yang mengalami surplus kas daerah dapat menempatkan surplus tersebut pada instrumen bebas risiko (risk free), seperti surat berharga negara (SBN).
Penajaman prioritas belanja akan dilakukan pada kementerian/lembaga negara. Pemerintah diperkirakan masih memiliki potensi menghemat belanja dari dana tambahan Rp10,4 triliun.
Namun, yang patut dicatat adalah penghematan tersebut dilakukan tanpa mengganggu alokasi belanja untuk program kemiskinan dan pembangunan infrastruktur.
Dengan langkah ini, meski terjadi sejumlah penghematan, hal tersebut tidak berdampak pada perekonomian nasional.
Salah satu faktor penting yang turut menentukan keamanan bagi APBN 2008 adalah keberhasilan kita dalam memperbaiki parameter produksi dan konsumsi BBM dan listrik.
Dalam konteks parameter produksi minyak, misalnya, dalam tiga tahun terakhir ini, lifting minyak mengalami kinerja yang tidak sesuai dengan target APBN.
Pada 2007, misalnya, dari target lifting 950.000 barel per hari (bph) realisasinya diperkirakan hanya 910.000 bph. Tahun depan, melalui sejumlah langkah optimalisasi, produksi minyak dan lifting diharapkan bisa mencapai 1,034 juta bph.
Sementara itu, untuk mengurangi beban subsidi BBM, keberhasilan dalam program konversi minyak tanah ke LPG menjadi sangat vital. Sementara itu, untuk mengurangi subsidi listrik, perlu dilakukan percepatan pengurangan penggunaan BBM (fuel mix) untuk pembangkit listrik.
Keberhasilan melakukan efisiensi di tubuh BUMN energi, Pertamina dan PLN, menjadi salah satu faktor penting untuk mengamankan APBN. Keberhasilan melakukan efisiensi di Pertamina dapat meningkatkan kinerja laba perusahaan itu, sehingga akan meningkatkan dividen pemerintah.
Perlu diketahui, kontribusi dividen dari Pertamina mencapai sekitar 50% dari dividen seluruh BUMN. Selain itu, efisiensi di Pertamina dilakukan dalam rangka mengurangi subsidi BBM.
Sementara itu, keberhasilan dalam melakukan efisiensi di PLN, diharapkan mengurangi tingkat kerugian BUMN listrik tersebut, sehingga beban subsidi listrik pun dapat ditekan.
Di luar berbagai upaya meningkatkan penerimaan negara dan penajaman sisi belanja negara, pemerintah juga melakukan sejumlah langkah counter cyclical untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi dan stabilitas makro ekonomi, seperti pemberlakuan PP No. 1/2007 tentang fasilitas PPh untuk penanaman modal, insentif bagi perusahaan yang akan masuk bursa, dan sejumlah insentif bea masuk.
Defisit terkendali
Melalui berbagai langkah pengamanan itu diperkirakan dapat menekan tambahan beban belanja negara serta meningkatkan sumber penerimaan negara.
Bila langkah-langkah itu dilaksanakan, defisit APBN 2008 diperkirakan dapat dikendalikan. Hal ini pada akhirnya menjadi sekitar 1,8% PDB, sehingga tidak terlalu jauh dari target yang ditetapkan dalam APBN 2008 sebesar 1,7% PDB.
Berdasarkan analisis ini dapat diambil beberapa kesimpulan.
Pertama, meski terjadi gejolak kenaikan harga minyak mentah dunia pada 2007, realisasi APBN-P 2007 diperkirakan dalam kondisi aman dengan tingkat defisit, berada di kisaran 1,3% hingga 1,5% dari PDB.
Kedua, pada APBN 2008, dengan pengaruh eksternal, terutama harga minyak, dan pengaruh internal (perubahan parameter migas), defisit APBN 2008 diperkirakan dapat dikendalikan pada level sekitar 1,8% dari PDB melalui beberapa langkah pengamanan.
Ketiga, langkah pengamanan defisit APBN 2008 akan dilakukan sesuai prioritas serta diperhitungkan secara matang, terkoordinasi, dan realistis sejak awal pelaksanaan APBN 2008.
Keempat, perlunya dukungan dari semua pihak untuk bersama-sama ikut menjaga kepercayaan serta stabilitas perekonomian.