Penulis: Cahya Agus Ismir, Martin Hasiholan Lumbantobing, Arista Lya Kusuma, Elvega Mediani Kinal, Eko Nugroho Mardi Saputro
Indonesia bersama dengan negara ASEAN lain memiliki berbagai perjanjian perdagangan bebas (Free Trade Agremeent/FTA) sebagai upaya untuk meningkatkan transaksi perdagangan antar negara. Selain memiliki FTA dengan sesama negara-negara anggota (ASEAN Free trade area/AFTA), ASEAN juga memiliki FTA dengan Korea Selatan, China, India, Jepang, Australia dan Selandia Baru, serta Hong Kong.
Selama penerapan perjanjian perdagangan bebas, telah terjadi kenaikan volume perdagangan di antara negara-negara ASEAN. Peningkatan ini seolah mencerminkan makin tingginya intensitas perdagangan, yang bisa jadi disebabkan oleh tingginya pemanfaatan berbagai fasilitas dalam FTA di ASEAN, yang memberikan kemudahan dalam melakukan perdagangan lintas batas. Meski demikian, pemanfaatan fasilitas yang diberikan dalam berbagai FTA tersebut, masih menjadi perhatian beragam kalangan. Dalam beberapa kasus, ditemukan minimnya pemanfaatan fasilitas FTA.
Berbagai studi mencoba mengungkap pemanfaatan FTA di ASEAN melalui berbagai pendekatan. Sebagian menganalisannya dengan mengukur dampaknya terhadap sektor perdagangan, sebagian lainnya dengan menggunakan survei yang melibatkan pelaku ekspor-impor untuk mengetahui langsung digunakan tidaknya fasilitas FTA dalam aktivitas perdagangan antar negara.
Studi ini mencoba mengukur sejauh mana tingkat pemanfaatan FTA oleh lima negara mitra dagang utama Indonesia di ASEAN (Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, dan Vietnam), ketika mengekspor barang ke Indonesia, dengan menggunakan data-data dokumen pemberitahuan impor barang (PIB). Dengan menggunakan PIB, maka informasi mengenai seberapa banyak fasilitas yang dimanfaatkan, FTA apa yang paling sering dimanfaatkan, serta negara mana yang paling banyak memanfaatkan dapat dianalisa lebih presisi.
Studi ini menemukan bahwa selama periode 2017-2019, ASEAN Trade in Goods Agreement (ATIGA) merupakan FTA yang paling banyak dimanfaatkan oleh mitra dagang Indonesia di kawasan. Hal ini terjadi kemungkinan besar karena ATIGA memiliki cakupan pemberian fasilitas tarif preferensialnya yang luas, sehingga semakin banyak barang yang mendapatkan fasilitas pengurangan maupun pembebasan tarif. Selain itu, kelahiran ATIGA yang lebih awal dibanding FTA-FTA lain di kawasan, membuatnya lebih dikenal oleh para eksportir maupun importir. Sementara itu, Filipina merupakan negara mitra utama Indonesia di ASEAN yang paling banyak memanfaatkan fasilitas FTA ketika memasukkan produk ke Indonesia.
Pandangan dan pendapat yang dikemukakan dalam artikel ini adalah dari penulis dan tidak mencerminkan kebijakan resmi dari Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Republik Indonesia.
The views and opinions expressed in this article are those of the authors and do not necessarily reflect the official policy from Fiscal Policy Agency, Ministry of Finance, Republic of Indonesia.