Penulis: Nugroho Agung Wijoyo, Pusat Kebijakan Sektor Keuangan
Persaingan perbankan yang sehat memiliki korelasi korelasi dengan stabilitas ekonomi, namun demikian persaingan yang tinggi antar bank justru akan mengurangin keuntungan bank tersebut (Adhamovna, 2016; Koskela, E. and R. Stenbacka, 2000). Penjelasannya adalah persaingan antar bank akan menekan tingkat suku bunga kredit, sehingga mengurangi probability risk of default debitur yang pada akhirnya akan menjamin kestabilan sistem perekonomian dan sistem perbankan.
Tujuan umum kajian adalah untuk melihat tingkat persaingan antar bank umum di Indonesia. Tujuan umum tersebut dicapai dengan melihat beberapa tujuan khusus sebagai berikut.
Menganalisis tingkat persaingan perbankan yang berbeda untuk antar Bank BUKU 1, BUKU 2, BUKU 3, BUKU 4;
Manganalisis structure, conduct dan performance dari bank-bank umum yang ada di Indonesia;
Merumuskan rekomendasi atas implikasi tingkat persaingan bank umum di Indonesia tersebut untuk kebijakan sector keuangan.
Kajian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif menggunakan metode studi kasus dengan fokus historis struktural tentang penyelenggaraan perbankan di Indonesia.
Studi ini juga menggunakan keuntungan menyimpang dari keuntungan pasar rata- rata sebagai proksi daya tarik pasar. Dikatakan bahwa tingkat penyesuaian terhadap ekuilibrium lebih besar jika pasar mengalami keuntungan yang sangat tinggi atau rendah. Kecepatan penyesuaian keuntungan ke keseimbangan juga menangkap stabilitas keuangan sektor ini. Selain itu, bukti empiris yang diperoleh dari pengujian juga akan membantu dalam mengevaluasi apakah bank umum mengumpulkan keuntungan normal atau bank umum terlibat dalam kolusi yang menyebabkan kegagalan pasar. Tes-tes ini juga dirancang untuk menilai tingkat persaingan antara berbagai jenis bank (BUKU 1, BUKU2, BUKU 3, dan BUKU 4).
Data yang digunakan adalah data sekunder yang bersumber dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Data yang digunakan adalah data triwulan seluruh bank yang beroperasi di Indonesia dari triwulan I tahun 2002. Data yang dikumpulkan diolah menggunakan dua model yaitu model data envelopment analysis (DEA) dan model panel. DEA digunakan untuk menentukan efisiensi masing-masing bank atau decision making unit (DMU) yang kemudian nilainya akan digunakan dalam model panel. Nilai DEA ini akan dihitung tiap triwulan untuk seluruh bank di Indonesia.
Dalam model DEA digunakan input dan output. Dalam penelitian ini menggunakan tiga input dan dua output. Input yang digunakan adalah biaya administrasi dan umum, biaya personalia serta biaya bunga. Sedangkan output yang digunakan adalah jumlah kredit dan jumlah tabungan. Analisis DEA ini diolah dengan menggunakan MaxDEA untuk setiap triwulan untuk seluruh bank di Indonesia.
Model kedua adalah model kinerja perbankan Indonesia. Model ini untuk membuktikan teori structure conduct performance (SCP). Pada perhitungan rasio konsentrasi digunakan indicator CR4 dan HHI. CR4 mengukur empat bank dengan pangsa pasar terbesar pada setiap triwulan sedangkan indicator efisiensi teknis menggunakan dua indicator yaitu nilai efisiensi DEA dan dummy efisiensi. Dummy efisiensi bernilai 1 ketika nilai efisiensi DEA bernilai 1 sedangkan ketika bernilai kurang dari satu bernilai nol.
Persaingan industri dan efisiensi sektor perbankan di Indonesia yang dianalisis dengan berbagai ukuran empiris, memberikan gambaran lengkap tentang perkembangan sektor perbankan di Indonesia. Dan faktor penentu persaingan sektor perbankan di Indonesia diperkirakan dengan fokus khusus pada dampak reformasi perbankan adalah sebagai berikut:
Bank berdasarkan BUKU 1, BUKU 2, BUKU 3 dan BUKU 4 yang mengkategorikan berdasarkan jumlah modal inti secara berturut-turut memiliki kinerja yang semakin meningkat dari BUKU 1 hingga BUKU 4. Tingkat efisiensi yang dibukukan oleh bank BUKU 4 adalah yang tertinggi, dan bank BUKU 1 adalah yang terendah. Selama periode analisis ada perubahan kinerja yang ditunjukkan oleh bank BUKU 2 dan 3 dimana bank- bank yang terkategori kelompok ini mengalami peningkatan daya saing.
Kategorisasi berdasarkan kepemilikan dimana dibagi menjadi bank kelompok BUMN, Swasta Asing, Swasta, Syariah dan BPD, menunjukkan kelompok bank BUMN memiliki kinerja paling baik, dan yang terburuk adalah kelompok bank BPD.
Dampak konsentrasi pasar (CR4) pada bank BUKU 4 bernilai negatif dan signifikan, dan ini kontradiksi dengan teori Structure Conduct Performance yang menyebutkan bahwa konsentrasi pasar akan meningkatkan kinerja perbankan, sedangkan kategori lainnya bernilai positif.
Dari nilai HHI industri perbankan Indonesia yang mengukur tingkat konsentrasi industri perbankan menunjukkan bahwa industri perbankan di Indonesia berada dalam kategori bersaing sempurna, artinya bahwa industri perbankan sudah menunjukkan struktur pasar yang sehat bagi pelaku perbankan.
9. Dalam kaitannya dengan harapan pemerintah dalam mewujudkan industri perbankan yang semakin kuat maka saran dan rekomendasi yang dapat diberikan berdasarkan penelitian ini salah satunya adalah mendorong konsolidasi asset diperlukan dalam membangun industri perbankan nasional yang lebih baik.
Pandangan dan pendapat yang dikemukakan dalam artikel ini adalah dari penulis dan tidak mencerminkan kebijakan resmi dari Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Republik Indonesia.
The views and opinions expressed in this article are those of the authors and do not necessarily reflect the official policy from Fiscal Policy Agency, Ministry of Finance, Republic of Indonesia.