Penulis: Makmun Syadullah
Negara-negara Afrika dewasa ini mulai menyadari adanya ketergantungan terhadap produk-produk dari negara bekas penjajah yang relatif mahal. Untuk itu, para pemimpin Afrika mencari produk-produk dari Asia yang murah dan berkualitas. Hal ini menjadi peluang bgi Indonesia untuk meningkatkan kerja sama dengan Afrika yang terbuka luas. Setidaknya terdapat lima negara di kawasan Afrika yang yang ingin untuk menuingkatkan hubungan dagang dan investasi dengan Indonesia. Adapun negara-negara tersebut adalah Uganda, Somalia, Mauritius, Djibouti dan Zanzibar yang merupakan negara otonomi Tanzania. Negara-negara tersebut, bisa menjadi mitra dagang yang potensial karena memiliki kedekatan secara kultural dan politik. Tantangan kerjasama antara Indonesia dengan Negara-negara di kawasan Afrika, terutama lima Negara terpilih adalah belum adanya perjanjian kerjasama kepabeanan, adanya persepsi negative tentang keamanan dan stabilitas politik dan diplomasi ekonomi Indonesia masih bersifat tradisional. Dalam rangka dialog kerjasama ekonomi Indonesia dengan Negara-negara di kawasan Afrika, terutama dengan lima negara di kawasan Afrika yang mengajukan kerjasama ekonomi dengan Indonesia, penelitian ini merekomendasikan sebagai berikut: Pada tahap persiapan Indonesia perlu mengumpulkan dan menganalisis data terkait dengan potensi Negara-negara yang akan menjadi mitra dialog. Dari data ini akan dapat ditentukan posisi Indonesia dibandingkan dengan negara mitra. Berdasarkan data juga dapat diketahui potensi barang-barang yang dapat diekspor ke Afrika, siapa pesaing produk Indonesia, dan bagaimana daya saing produk Indonesia. Selanjutnya dalam tahap awal ini dapat pula disusun rencana dialog bilateral dengan Negara-negara di Afrika baik dalam jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Disamping itu juga dapat dipetakan sector-sektor yang dapat dijadikan lahan investasi bagi BUMN maupun swasta di Indonesia di Negara mitra. Dialog bilateral menjadi pilihan dengan perimbangan Perundingan yang lebih cepat dan efisien, Dapat disesuaikan dengan kebutuhan, Mengamankan dan membuka akses pasar, dan Menjaga daya saing nasional. Dalam tahap pelaksanaan dialaog beberapa tahapan yang harus dipertahikan adalah: Inisiasi: Top down /bottom up, studi Kelayakan Internal, mandat untuk berunding, joint feasibility study, preliminary meeting, peluncuran perundingan, proses perundingan, penanda tanganan perjanjian, ratifikasi perjanjian, dan implementasi perjanjian. Untuk meningkatkan daya saing produk Indonesia, maka pemerintah perlu adanya penguatan skema pembiayaan. Skema ini juga dimaksudkan untuk merespon permintaan Negaranegara di Afrika untuk concessional loan, dengan karakteristik: pinjaman diberikan langsung kepada pemerintah, suku bunga sangat rendah (1%), masa pinjaman sangat lama, dan terdapat unsur hibah. Namun, hingga saat ini Indonesia belum memiliki skema concessional loan: Fasilitas pembiayaan Indonesia saat ini hanya dapat diberikan kepada perorangan atau badan usaha , suku bunga sebesar 3,5-4%, belum terdapat mekanisme hibah ke luar negeri.
File Terkait:
POTENSI PELAKSANAAN DIALOG KEBIJAKAN INDONESIA DAN NEGARA DI KAWASAN AFRIKA.pdf
Pandangan dan pendapat yang dikemukakan dalam artikel ini adalah dari penulis dan tidak mencerminkan kebijakan resmi dari Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Republik Indonesia.
The views and opinions expressed in this article are those of the authors and do not necessarily reflect the official policy from Fiscal Policy Agency, Ministry of Finance, Republic of Indonesia.