Penulis: Abdul Aziz
Executive Summary
Investasi berbasis ESG (Environmental, Social, and Governance) telah berkembang dengan pesat di dunia. Banyak negara yang telah menerapkan faktor ESG dalam setiap investasinya. Di Indonesia, khususnya di dunia perbankan, implementasi dari ESG Investment sudah mulai diterapkan sejak tahun 2009 dengan dimasukkannya kriteria ini dalam laporan keuangan perbankan, meskipun sampai dengan sekarang, belum semua perbankan di Indonesia menerapkan ESG Investment ini.
Thomson Reuthers/Revinitif (2019) telah mengenalkan suatu metode perhitungan skor ESG baik per-faktor secara terpisah (yaitu faktor Environmental, faktor Social, and faktor Governance) maupun secara agregat/kombinasi (ESG) yang intinya mengukur tingkat pelaporan informasi ESG suatu perusahaan. Kegiatan investasi perusahaan dengan mempertimbangkan faktor non-finansial seperti lingkungan, sosial, dan tata kelola ini memungkinkan terciptanya kondisi perusahaan yang lebih baik, transparan, objektif dalam melakukan optimalisasi dalam ber-investasi.
Kegiatan investasi dengan mempertimbangkan ESG Investment pada perusahaan-perusahaan di Indonesia terutama di dunia perbankan (terutama yang berbentuk BUMN) belum banyak diterapkan. Oleh karena itu, menurut penulis, melakukan pengukuran estimasi pengaruh ESG Investment terhadap dunia perbankan (melalui beberapa indikator moneter) ini penting untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh itu secara ilmiah. Dan jika ada, maka bisa diketahui berapa besarnya pengaruh (nilai koofesien) dari ESG Investment tersebut. Penghitungan/pengukuran estimasi pengaruh ESG Investment juga dianggap penting karena strategisnya peran perbankan (terutama BUMN) dalam mensukseskan pembangunan nasional yang berkelanjutan yang salah satu fokusnya adalah tetap mengutamakan kondisi lingkungan, sosial dan tata kelola yang baik.
Namun demikian, pada sisi lain, Pemerintah Indonesia sepertinya belum memberikan suatu bentuk dukungan (terutama dukungan/insentif fiskal) untuk mendorong implementasi ESG Investment di dunia perbankan (terutama yang berbentuk BUMN) dan juga pada perusahaan lain pada umumnya.
Oleh karena itu tujuan dari penulisan policy paper ini adalah untuk: (i) mengukur pengaruh ESG Investment terhadap indikator moneter perbankan yang dalam policy paper ini dipilih nilai deposits (DPK) dan harga saham di perbankan (sampel) di Indonesia. Dengan mengambil sampel indikator moneter berupa nilai deposits (DPK) dan harga saham ini diharapkan juga akan tergambar bagaimana respon masayarakat secara luas dan Pemerintah kepada perbankan (terutama BUMN) dalam implementasi ESG Investment ini. Adapun tujuan (ii) adalah untuk merumuskan rekomendasi suatu bentuk insentif fiskal yang mungkin bisa diterapkan oleh Pemerintah Indonesia untuk mendukung implementasi ESG Investment di dunia perbankan pada khususnya (terutama BUMN) dan perusahaan-perusahaan lain pada umumnya.
Penelitian ini menggunakan metode analisis kuantitatif dengan tujuan untuk menjelaskan hubungan antara variabel independen (bebas) dengan variabel dependen (terikat) dengan menggunakan model estimasi data panel. Peneltian ini juga menggunakan analisis deskriptif untuk menjelaskan kebijkan fiskal (berupa dukungan insentif fiskal) yang telah berjalan di Indonesia dan bagaimana peluang penerapannya terkait dengan ESG Investment ini.
Pada policy paper ini, Penulis menjadikan ESG Investment sebagai variabel independen utama dalam persamaan regresi dengan beberapa variabel independen lainnya sebagai variabel kontrolnya (seperti total income, total asset). Sedangkan variabel deposits (DPK) dan harga saham (di perusahaan perbankan di Indonesia) sebagai variabel dependennya. Mengapa demikian? karena deposits (DPK) dan harga saham dianggap sebagai indikator moneter yang mudah terpengaruh (bertambah dan berkurang) karena adanya pengaruh variabel lainnya termasuk dugaan adanya pengaruh dari ESG Investment.
Hasil kajian ini menunjukan bahwa kinerja lingkungan (enviromental performance) secara signifikan memberikan efek pada harga saham dan mempunyai hubungan yang positif terhadap harga saham. Sementara itu kinerja sosial (social performance) berpengaruh signifikan dan berkorelasi positif dengan nilai deposits (DPK). Sedangakan, kinerja tata kelola perusahaan (corporate governance performance) juga berpengaruh signifikan dan berkorelasi positif dengan nilai deposits (DPK). Adapun kinerja ESG kombinasi/aggregate tidak berpengaruh signifikan dan berkorelasi negatif dengan harga saham serta bukan merupakan variabel penjelas bagi deposits/DPK.
Pada policy paper ini, penulis menjelaskan bahwa insentif fiskal (di bagian pembiayaan APBN) dari Pemerintah Indonesia bisa menjadi salah satu jalan keluar untuk pengembangan ESG Investment yang lebih baik yaitu dengan cara memberikan PMN kepada perbankan (BUMN) yang telah mengimplementasikan kriteria ESG dengan sangat baik pada setiap aktivitas investasinya. Namun demikian, pemberian PMN ini juga tetap mempertimbangkan agar tidak memberatkan kondisi keuangan negara.
File Terkait:
File 1
Pandangan dan pendapat yang dikemukakan dalam artikel ini adalah dari penulis dan tidak mencerminkan kebijakan resmi dari Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Republik Indonesia.
The views and opinions expressed in this article are those of the authors and do not necessarily reflect the official policy from Fiscal Policy Agency, Ministry of Finance, Republic of Indonesia.