Penulis: Noeroso
Gambaran umum investor Obligasi Korporasi di Pasar Perdana periode 1990-2001 mengindikasikan investor perorangan yang mencapai kurang dari satu persen. Keenganan atau “ketidakmampuan” investor kecil diduga karena pecahan nilai nominal obligasi yang ada berkisar dari Rp10.000.000,- hingga Rp1.000.000.000,- serta emitennya adalah perusahaan swasta dan BUMN yang berisiko relatif tinggi. Kondisi ini diduga juga sebagai penyebab belum aktifnya pasar sekunder. Tentunya bila pecahan nominal obligasi bisa diperkecil dan emitennya adalah pemerintah yang dianggap berisiko relatif rendah, maka harapan investor perorangan akan beriventasi pada obligasi pemerintah akan meningkat secara drastis dikemudian hari. Harapan ini tidak mustahil akan terwujud mengingat hasil studi yang dilakukan oleh PT Danaraksa menunjukan bahwa sikap investor adalah Risk Averter artinya Jaminan dan Keuntungan atau “return” merupakan faktor yang paling penting walaupun “return” yang didapat relatif kecil.File Terkait:
File 1
Pandangan dan pendapat yang dikemukakan dalam artikel ini adalah dari penulis dan tidak mencerminkan kebijakan resmi dari Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Republik Indonesia.
The views and opinions expressed in this article are those of the authors and do not necessarily reflect the official policy from Fiscal Policy Agency, Ministry of Finance, Republic of Indonesia.